Sabtu, 26 Desember 2009

PENGELOLAAN PENDIDIKAN ISLAM

Rincian

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Sejarah Intelektual Pendidikan Islam

Dosen : Prof.H. Abdurrahman Mas’ud Ph.D




Disusun Oleh :

KUSNOTO

Nim : 505920012

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

CIREBON

2009

PENDAHULUAN

Perjalanan pendidikan Islam di Indonesia, yang sampai saat ini, masih menduduki rangking kurang begitu bagus dibanding Negara-negara lainnya. Penulis mensenyalir hal ini salah satunya diakibatkan oleh kurangnya perhtian pemerintah pusat dan menitik beratkan pembangunan pada sector ekonomi. Fenomena ini pada giliranya telah menyebabkan pembangunan jiwa dan mental bangsa menjadi termarjinalkan. Pendidikan ekonomi tanpa didukung dengan pendidikan moral yang kuat hanya akan memunculkan pemimpin-pemimpin yang berpenyakit kronis. Harapanpun telah tiba, dengan dinaikannya anggaran pendidikan (20 %) , sudah siapkah mental para pengelola pendidikan?

Indonesia adalah sebuah Negara besar yang memiliki penduduk ratusan juta jiwa, Indonesia juga adalah Negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Menurut sebuah perhitungan manusia muslm Indonesia adalah jumlah pemeluk agama Islam terbesar didunia. Jika dibanding dengan Negara-negara muslim lainnya, maka penduduk muslim di Indonesia dari segi jumlah tidak ada yang menandingi. Jumlah yang besar tersebut sebenarnya merupakan sumber data manusia dan kekuatan yang sangat besar, bila mempu di Optimalkan peran dan kualitasnya jumlah yang sangat besar tersebut juga mampu menjadi kekuatan sumber ekonomi yang luar biasa. Jumlah yang besar diatas juga akan menjadi kekuatan politik yang cukup signifikan dalam percaturan nasional.

Pengelolaan Pendidikan Islam meliputi :

  1. Sejarah Singkat Pendidikan Islam
  2. Sistem Pendidikan Terpadu
  3. Transformasi Pemikiran dan Tanggung Jawab Negara.

Pengelolaan Pendidikan Islam

  1. Sejarah singkat pendidikan Islam

Pendidikan Islam Yang didalam hal ini dapat diwakili oleh Pendidikan meunasah atau dayah, surau, dan pesantren diwakili sebagai pendidikan tertua di Indonesia. Pendidikan-pendidikan ke 3 Institusi di atas memiliki nama yang berbeda akan tetapi memilki pemahaman yang sama baik secara Fungsional, subtansial, Operasional, dan mekanikal. Secara fungsional trilogy system pendidikan tersebut dijadikan sebagai wadah untuk menggembleng mental dan moral di samping wawasan kepada para pemuda dan anak-anak untuk dipersiapkan menjadi manusia yang berguna bagi agama, masyarakat. Dan Negara. Secara substansial dapat dikatakan bahwa trilogy sistem pendidikan tersebut merupakan panggilan jiwa spiritual dan religius dari para tengku, buya, dan kyai yang tidak didasari oleh motif materil, akan tetapi murni sebagai pengabdian kepada Allah secara Operasional trilogy sistem pendidikn tersebut muncul dan berkembang dari masyarakat, bukan sebagai kebijakan, Proyek apalagi perintah dari para sultan, raja, atau penguasa. Secara mekanikal bisa dipahami dari hasil pelacakan histories bahwa trilogy sistem pendidikan diatas tumbuh secara alamiah dan memiliki anak-anak. Cabang yang dari satu induk mengembang ke berbagai lokasi akan tetapi masih ada ikatan yang kuat secara emosional, intelektual, dan kultural dari Induknya.

  1. Sistem Pendidkan yang terpadu

Umat Islam sudah waktunya kembali kepada semangat pendidikan seumur hidup yang telah dicanangkan oleh Rasulullah SAW, sejak 14 abad silam. Banyak titah Rasulullah saw. Yang menyemangati umat islam akan pentingnya hidup bergemilang pengetahuan. Titah Rasul yang cukup terkenal adalah perintah menuntut ilmu bagi setiap muslim dan muslimah sejak saat dalam buaian sampai masuk keliang lahat. Demikian pula alqur’an telah dengan jelas-jelas mengingatkan kita supaya jangan meninggalkan generasi yang lemah baik dalam keimaman materi, kesehatan, maupun pendidikan (QS. 49) hal ini sudah sewajarnya memicu kaum muslim bersikap dengan dimensi yang lebih luas dalam beragama terutama dalam mengahadapi masalah pendidikan. Artinya, pendidikan harus dirajut sebgai bagian dari ibadah-ibadah yang utama mahdlah walaupun status hukumnya ghoir mahdlah.

Dengan demikian misalnya seorang yang telah pernah melaksanakan ibadah haji tidak perlu ngotot perlu haji lagi sementara disekitarnya masih banyak anak-anak usia sekolah atau lembaga pendidikan yang tak terurus . biaya perjalanan haji akan lebih baik ditanamkan dalam membenahi sistem pendidikan dilingkungannya. Untuk itu memeng di butuhkan cakrawala keberagamaan yang lebih lebar, yang mewujud dalam keyakinan bahwa kemuliaan seseorang sebgai hamba Allah akan pula diraih tidak hanya melalui ketekunan menjalakan ibadah individual namun dapat pula diraih dengan ibadah komunal .

  1. Transformasi pemikiran dan tanggung jawab Negara

Pendidikan hingga saat ini menjadi satu-satunya yang paling efektif untuk melakukan transformasi gagasan. Perubahan pemikiran yang terjadi ditengah-tengah masyarakat banyak dilakukan melalui jalur ini. Isue-isue demokrasi, pluralisme multikulturalisme, kerukunan beragama dan sebagainya kerapkali disampaikan kepada masyarakat melalui jalur pendidikan. Pendidikan dan konteks ini tidak semata pendidikan formal yang selama ini terjadi diruang-ruang kelas. Tetapi proses pendidikan yang dijalankan banyak melaui forum-forum non formal, seperti dialog, seminar, mejelis-majelis taklim dimana gagasan yang dibawa disusupkan secara perlahan. Selama ini metode transformasi gagasan seperti ini sangat efektif dan cukup memberikan dampak signifikan terlebih dengan dukung teknologi informasi dan komunikasi yang mampu menyebarkan gagasan tersebut secara masih kepada masyarakat luas dalam waktu yang sangat cepat.

Pendidikan Jalur formal yang selama ini diselenggarakan secara resmi oleh lembaga-lembaga pendidikan dapat pula, bahkan memiliki potensi yang cukup besar, untuk mentransformasikan gagasan dalam sebuah disain besar perubahan masyarakat karena itu untuk mengetahui seberapa kualitas SDM dalam sebuah Negara dapat diketaui dari kualitas pendidikan yang diselenggarakan, lebih khusus dapat diketahui dari kurikulum yang dipergunakan dalam lembaga pendidikan tersebut. Sebab dalam kurikulum itulah berisi nilai-nilai ataupun gagasan-gagasan yang hendak ditularkan kepada peserta didik. Jika gagasan yang ditularkan bermasalah maka outputnyapun akan bermasalah.

KESIMPUILAN

  1. Memasuki masa kemerdekaan Pendidikan Islam terus berkutat dengan sistem pendidikan modern (Peninggalan Belanda). Sistem pendidikan ini dipelopori oleh para tokoh pendidikan yang telah mengenyam sistem pendidikan Belanda atau Barat. Oleh karena itu menjadi sangat masuk akal ketika sstem pendidikan Nasional Indonesia berkiblat kepada sistem pendidikan Barat.
  2. Sistem pendidikan yang ada harus memadukan seluruh unsur pembentuk sistem pendidikan yang unggul dalam hal ini, setidaknya ada 3 hal yang harus menjadi perhatian. Pertama, sinergi antara sekolah, mayarakat, dan keluarga. Pendidikan yang integral harus melibatkan tiga unsur diatas. Sebab ketiga unsur diatas menggambarkan kondisi faktual objektif. Saat ini ketiga unsur tersebut belum berjalan secara sinergis disamping masing-masing unsur tersebut juga belum berfungsi secara benar.
  3. Kondisi di Indonesia masih banyak ditemui anak-anak usia sekolah yang masih berada dijalanan atau tidak mampu bersekolah karena ketiadaan biaya, meski pada dasarnya pemerintah memilki kewajiban untuk membuat mereka mendapatkan penddikan karena itu adalah bagian dari hak mereka.